KOMITMEN ORGANISASI
Tidak hanya
kemampuan seorang karyawan yang dibutuhkan perusahaan , tetapi juga yang
sama-sama penting selain kinerja adalah Komitmen dalam Organisasi . Karena
seorang karyawan dalam sebuah perusahaan tidak untuk jangka waktu sebentar,
melainkan untuk dalam jangka waktu lama sehingga karyawan tersebut memiliki
peran dan kontribusi yang berarti bagi perusahaan. Begitu sedihnya seorang pengusaha ketika ia
mempekerjakan seorang karyawan. Sebuah survey yang dirilis oleh Society of
Human Resources Management di Amerika Serikat baru-baru ini menunjukan sebanyak
75% pekerja ingin mencari pekerjaan baru. Dari angka tersebut 43% nya didasari
oleh faktor gaji lebih, 35% karena faktor ketidakpuasan terhadap bos mereka.
Beberapa faktor perlu dipanzertimbangkan dalam mengatasi gejolak perputaran
pekerja oleh para manager , seperti misalnya estimasi biaya gaji dan tunjangan
pergantian posisi, lalu juga biaya rekruitmen dan training, dan juga "
biaya tersemibunyi" akibat dari penurunan moral, produktivitas dan
kehilangan pengetahuan organisasi.
Komitmen
Organisasi didefiniskan sebagai sebuah keinginan daripada setiap-tiap
karyawan untuk tetap menjadi anggota organisasi / perusahaan terbsebut.
Komitmen organisasi ini mempengaruhi apakah seorang pekerja tersebut tetap
bertahan dalam perusahaan ataukah meniggalkan perusahaan untuk mencari
pekerjaan baru.
Seorang
pekerja yang tidak komit dengan perusahaan tempatnya bekerja dianggap menarik
diri atau Perilaku penarikan diri, yang di ibaratkan sebagai sebuah set dari
perilaku pekerja yang berusaha
senantiasa untuk menghindar dari situasi kerja yang pada akhirnya berujung pada
pengunduran diri atau keluar dari perusahaan. Beberapa pekerja mungkin dia
lebih suka menunjukan sikap komitmennya namun, sebagian pekerja lain menunjukan
sikap penarikan diri nya.
Tipe-tipe komitmen
Ada beberapa
tipe-tipe dalam komitmen organisasi. Berdasarkan tabel dibawah ini :
Komitmen Afektif : Yaitu keinginan untuk tetap berada dalam
organisasi yang disebabkan karena timbulnya suatu ketertarikan dan keterlibatan
dalam organisasi. Seperti misalnya;
sudah terjalinnya keakraban dengan teman, atmosfer / budaya perusahaan yang
mendukung, & ada rasa senang atas pekerjaan yang digelutinya saat ini.
Komitmen Berkelanjutan : Yaitu keinginan untuk
tetap berada dalam organisasi karena kesadaran akan biaya yang ditimbulkan
apabila meninggalkan organisasi. Seperti misalnya ; peluang dalam promosi dan
kenaikan jabatan.
Komitmen Normatif :
Yaitu keinginan untuk tetap berada dalam organisasi karena
perasaan kewajiban. Seperti misalnya; balas budi atas kebaikan atasan /
pimpinan kepada kita.
Ketiga jenis
komitmen tersebut juga dapat memainkan peran penting dan dapat bervariasi
selama berkarir. Contohnya, mungkin diawal karir yang terbentuk adalah komitmen
afektif, lalu mengalihkan perhatian untuk kelanjutan dalam sebuah organisasi
dan mulai membangun sebuah keluarga yang lebih mapan dalam organisasi tersebut.
Bisa juga seseorang memiliki ketiga alasan diatas untuk tetap berkomitmen
terhadap perusahaanya. Setiap pekerja
juga memiliki fokus komitmen yang berbeda-beda, misalkan fokus terhadap perusahaan, atasan, ataupun
rekan kerja (teamwork). Namun ada juga
yang mampu memiliki semua fokus-fokus tersebut.
- KOMITMEN AFEKTIF
Setiap karyawan yang telah memiliki rasa komitmen afektif, maka ia akan
menerima tujuan dan nilai - nilai dalam perusahaan serta akan lebih bersedia
untuk mengeluarkan usaha ekstra atas nama perusahaan. Rata-rata para manager
akan melihat seorang karyawan dinilai
memiliki komitmen dilihat dari perilaku nya yang menunjukan komitmen afektif.
Dan biasanya seorang pekerja yang secara afektif memiliki komitmen terhadap bos
mereka, maka akan menunjukan perilaku yang identik dengan perilaku kenegaraan , seperti misalanya, saling
menolong, sikap sportif, dan sikap motivasi. Maka dari itu, komitmen afektif
berkaitan erat dengan perilaku kenegaraan.
Komitmen afektif merupakan cerminan ikatan emosional kita terhadap
perusahaan/ organisasi, yang juga dipengaruhi oleh ikatan emosional sesama
rekan kerja. Pengertian akan komitmen afektif dapat didapat ketika kita melihat
melihat lebih dekat ikatan yang mengikat para karyawan.
Ada beberapa model dalam menggambarkan hubungan antar sesama karyawan/
rekan kerja;
- Model Erosi : Mengungkapkan bahwa karyawan yang memiliki ikatan yang lebih renggang terhadap sesama karyawan, kemungkinan besar akan keluar dari perusahaan.
- Model Pengaruh Sosial : Bahwa karyawan yang memiliki hubungan langung dengan karyawan yang telah keluar akan lebih mungkin untuk meninggalkan perusahaan.
Secara keseluruhan, karyawan yang memiliki ikatan emosional yang rendah
akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk meninggalkan perusahaan karena
adanya ketidak senangan dalam perusahaan.
Penurunan komitmen afektif ibarat sebuah virus penyakit yang dapat
menyebar ke berbagai unit pekerjaan dalam perusahaan. Perusahaan-perusahaan mulai menyadari akan
pentingnya komutmen afektif dan mulai membina komtmen tersebut kepada para pekerjanya.
- KOMITMEN BERKELANJUTAN
Komitmen ini muncul dikarenakan adanya pertimbangan besar biaya yang
harus dikeluarkan apabila tetap bertahan pada perusahaan saat saat ini. Satu
hal yang dapat meningkatkan komitmen ini adalah jumlah ivestasi yang kita sudah
tanam dalam perusahaan. Investasi tersebut dapat berupa tenaga, waktu, upaya,
dll. Ada pula karena tidak adanya alternatif pekerjaan lain. Alternatif
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya faktor kondisi ekonomi,
tingkat pengangguran dan nilai jual ketrampilan seseorang. Namun untuk komitmen
tidak berkaitan dengan perilaku
kenegaraan ataupun berbagai aspek dari kinerja pekerjaan. Komitmen ini
cenderung menciptakan loyalitas yang pasif.
Komitmen berkelanjutan ini lebih terfokus kepada personal dan masalah
keluarga. Karena karyawan akan bertahan atas dasar dorongan dari pekerjaan
ataupun diluar pekerjaan. Ada tiga segi
yang memperkuat komitmen organisasi. Yakni, dari hubungan terhadap perusahaan /
tim kerja, kecocokan dengan perusahaan / tim kerja, dan pengorbanan yang harus
dikeluarkan ketika pindah pekerjaan.
- KOMITMEN NORMATIF
Komitmen ini timbul karena adanya
sebuah kebenaran atau sebuah moral yang harus dilakukan apabila
memutuskan untuk tetap bertahan. Yang mungkin hal tersebut bersumber dari
faktor filosofi kerja ataupun dari nilai-nilai, norma- norma dan etika dalam
masyarakat. Mungkin juga karena pemahaman yang tertanam bahwa loyalitas tinggi
lebih baik daripada adanya keberatan.
Ada 2 cara untuk membangun rasa komitmen atas dasar kewajiban. Yang
pertama adalah menciptakan perasaan bahwa karyawan adalah kewajiban perusahaan
sehingga karyawan akan merasa berhutang kepada perusahaan. Cara kedua adalah
membentuk sebuah kegiatan sosial. Kegiatan sosial memiliki 2 keuntungan bagi
perusahaan. Pertama, dapat menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Kedua,
dapat membantu karyawan yang ada merasa lebih baik terhadap perusahaan,
menciptakan rasa yang lebih dalam atas komitmen normatif. Banyak perusahaan
maju percaya bahwa kegiatan sosial dan tanggung jawab sosial harus menjadi
fitur utama perusahaan untuk mempertahankan jumlah karyawanya, meskipun tidak
dampak secara langsung bagi keuntungan perusahaan.