Minggu, 24 Mei 2015

PERILAKU ORGANISASI

KOMITMEN ORGANISASI


Tidak hanya kemampuan seorang karyawan yang dibutuhkan perusahaan , tetapi juga yang sama-sama penting selain kinerja adalah Komitmen dalam Organisasi . Karena seorang karyawan dalam sebuah perusahaan tidak untuk jangka waktu sebentar, melainkan untuk dalam jangka waktu lama sehingga karyawan tersebut memiliki peran dan kontribusi yang berarti bagi perusahaan.  Begitu sedihnya seorang pengusaha ketika ia mempekerjakan seorang karyawan. Sebuah survey yang dirilis oleh Society of Human Resources Management di Amerika Serikat baru-baru ini menunjukan sebanyak 75% pekerja ingin mencari pekerjaan baru. Dari angka tersebut 43% nya didasari oleh faktor gaji lebih, 35% karena faktor ketidakpuasan terhadap bos mereka. Beberapa faktor perlu dipanzertimbangkan dalam mengatasi gejolak perputaran pekerja oleh para manager , seperti misalnya estimasi biaya gaji dan tunjangan pergantian posisi, lalu juga biaya rekruitmen dan training, dan juga " biaya tersemibunyi" akibat dari penurunan moral, produktivitas dan kehilangan pengetahuan organisasi.


Komitmen Organisasi  didefiniskan  sebagai sebuah keinginan daripada setiap-tiap karyawan untuk tetap menjadi anggota organisasi / perusahaan terbsebut. Komitmen organisasi ini mempengaruhi apakah seorang pekerja tersebut tetap bertahan dalam perusahaan ataukah meniggalkan perusahaan untuk mencari pekerjaan baru.

Seorang pekerja yang tidak komit dengan perusahaan tempatnya bekerja dianggap menarik diri atau Perilaku penarikan diri, yang di ibaratkan sebagai sebuah set dari perilaku pekerja yang  berusaha senantiasa untuk menghindar dari situasi kerja yang pada akhirnya berujung pada pengunduran diri atau keluar dari perusahaan. Beberapa pekerja mungkin dia lebih suka menunjukan sikap komitmennya namun, sebagian pekerja lain menunjukan sikap penarikan diri nya.

Tipe-tipe komitmen
Ada beberapa tipe-tipe dalam komitmen organisasi. Berdasarkan tabel dibawah ini :





Komitmen Afektif :  Yaitu keinginan untuk tetap berada dalam organisasi yang disebabkan karena timbulnya suatu ketertarikan dan keterlibatan dalam organisasi.  Seperti misalnya; sudah terjalinnya keakraban dengan teman, atmosfer / budaya perusahaan yang mendukung, & ada rasa senang atas pekerjaan yang digelutinya saat ini.

Komitmen Berkelanjutan : Yaitu keinginan untuk tetap berada dalam organisasi karena kesadaran akan biaya yang ditimbulkan apabila meninggalkan organisasi. Seperti misalnya ; peluang dalam promosi dan kenaikan jabatan.

Komitmen Normatif :  Yaitu keinginan untuk tetap berada dalam organisasi karena perasaan kewajiban. Seperti misalnya; balas budi atas kebaikan atasan / pimpinan kepada kita.

Ketiga jenis komitmen tersebut juga dapat memainkan peran penting dan dapat bervariasi selama berkarir. Contohnya, mungkin diawal karir yang terbentuk adalah komitmen afektif, lalu mengalihkan perhatian untuk kelanjutan dalam sebuah organisasi dan mulai membangun sebuah keluarga yang lebih mapan dalam organisasi tersebut. Bisa juga seseorang memiliki ketiga alasan diatas untuk tetap berkomitmen terhadap perusahaanya.  Setiap pekerja juga memiliki fokus komitmen yang berbeda-beda, misalkan  fokus terhadap perusahaan, atasan, ataupun rekan kerja (teamwork). Namun ada juga yang mampu memiliki semua fokus-fokus tersebut.  



  1. KOMITMEN AFEKTIF
Setiap karyawan yang telah memiliki rasa komitmen afektif, maka ia akan menerima tujuan dan nilai - nilai dalam perusahaan serta akan lebih bersedia untuk mengeluarkan usaha ekstra atas nama perusahaan. Rata-rata para manager akan melihat seorang karyawan  dinilai memiliki komitmen dilihat dari perilaku nya yang menunjukan komitmen afektif. Dan biasanya seorang pekerja yang secara afektif memiliki komitmen terhadap bos mereka, maka akan menunjukan perilaku yang identik dengan perilaku  kenegaraan , seperti misalanya, saling menolong, sikap sportif, dan sikap motivasi. Maka dari itu, komitmen afektif berkaitan erat dengan perilaku kenegaraan.  Komitmen afektif merupakan cerminan ikatan emosional kita terhadap perusahaan/ organisasi, yang juga dipengaruhi oleh ikatan emosional sesama rekan kerja. Pengertian akan komitmen afektif dapat didapat ketika kita melihat melihat lebih dekat ikatan yang mengikat para karyawan.

Ada beberapa model dalam menggambarkan hubungan antar sesama karyawan/ rekan kerja;
  • Model Erosi : Mengungkapkan bahwa karyawan yang memiliki ikatan yang lebih renggang  terhadap sesama karyawan, kemungkinan besar akan keluar dari  perusahaan.
  • Model Pengaruh Sosial  : Bahwa karyawan yang memiliki hubungan langung dengan karyawan yang telah keluar akan lebih mungkin untuk meninggalkan perusahaan.

Secara keseluruhan, karyawan yang memiliki ikatan emosional yang rendah akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk meninggalkan perusahaan karena adanya ketidak senangan dalam perusahaan.  Penurunan komitmen afektif ibarat sebuah virus penyakit yang dapat menyebar ke berbagai unit pekerjaan dalam perusahaan.  Perusahaan-perusahaan mulai menyadari akan pentingnya komutmen afektif dan mulai membina komtmen tersebut kepada para pekerjanya.


  1. KOMITMEN BERKELANJUTAN
Komitmen ini muncul dikarenakan adanya pertimbangan besar biaya yang harus dikeluarkan apabila tetap bertahan pada perusahaan saat saat ini. Satu hal yang dapat meningkatkan komitmen ini adalah jumlah ivestasi yang kita sudah tanam dalam perusahaan. Investasi tersebut dapat berupa tenaga, waktu, upaya, dll. Ada pula karena tidak adanya alternatif pekerjaan lain. Alternatif tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya faktor kondisi ekonomi, tingkat pengangguran dan nilai jual ketrampilan seseorang. Namun untuk komitmen tidak berkaitan dengan  perilaku kenegaraan ataupun berbagai aspek dari kinerja pekerjaan. Komitmen ini cenderung menciptakan loyalitas yang pasif.
Komitmen berkelanjutan ini lebih terfokus kepada personal dan masalah keluarga. Karena karyawan akan bertahan atas dasar dorongan dari pekerjaan ataupun diluar pekerjaan.  Ada tiga segi yang memperkuat komitmen organisasi. Yakni, dari hubungan terhadap perusahaan / tim kerja, kecocokan dengan perusahaan / tim kerja, dan pengorbanan yang harus dikeluarkan ketika pindah pekerjaan.


  1. KOMITMEN NORMATIF
Komitmen ini timbul karena adanya  sebuah kebenaran atau sebuah moral yang harus dilakukan apabila memutuskan untuk tetap bertahan. Yang mungkin hal tersebut bersumber dari faktor filosofi kerja ataupun dari nilai-nilai, norma- norma dan etika dalam masyarakat. Mungkin juga karena pemahaman yang tertanam bahwa loyalitas tinggi lebih baik daripada adanya keberatan.
Ada 2 cara untuk membangun rasa komitmen atas dasar kewajiban. Yang pertama adalah menciptakan perasaan bahwa karyawan adalah kewajiban perusahaan sehingga karyawan akan merasa berhutang kepada perusahaan. Cara kedua adalah membentuk sebuah kegiatan sosial. Kegiatan sosial memiliki 2 keuntungan bagi perusahaan. Pertama, dapat menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Kedua, dapat membantu karyawan yang ada merasa lebih baik terhadap perusahaan, menciptakan rasa yang lebih dalam atas komitmen normatif. Banyak perusahaan maju percaya bahwa kegiatan sosial dan tanggung jawab sosial harus menjadi fitur utama perusahaan untuk mempertahankan jumlah karyawanya, meskipun tidak dampak secara langsung bagi keuntungan perusahaan.